Artis dan Politik

Wulan Guritno, artis cantik yang niscaya akan memancing perhatian 9 diantara 10 lelaki yang memandangnya, membuat sensasi lagi dengan pernyataannya bahwa ia siap bertanding dalam pemilihan umum legislatif 2009 depan. Wulan akan dicalonkan sebagai anggota Dewan Pemilihan Rakyat (DPR) oleh Partai Amanat Nasional (PAN). Malah hari ini, Wulan sudah diajak jalan-jalan ketua PAN, Sutrisno Bachir, menyambangi konstituennya.

Sebelum ini, khalayak juga dikejutkan beberapa artis yang dengan penuh semangat bergabung dengan pelbagai partai politik. Malah beberapa sudah ada yang sukses dalam pilkada menjadi wakil bupati, wakil gubernur, dll. Sebentar lagi host, presenter dan raja kuis Helmy Yahya juga akan bertarung dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Selatan. Pedangdut Saiful Jamil juga akan berebut kursi wakil bupati,

Tetapi mengapa mesti terkejut? Dulu, ketika Pak Harto masih berkuasa, Golkar sebagai single majority juga memanfaatkan banyak artis kondang. Ada raja dangdut Rhoma Irama, yang seperti kutu loncat karena pindah-pindah partai (PPP, Golkar), Ada Camelia Malik, yang goyangannya lebih memancing syahwat dari goyang ngebornya Inul Daratista. Ada jugaTitik Puspa, dan banyak lagi artis yang berteduh di bawah rimbunnya dedaunan pohon beringin simbol Golkar.

Lepas zaman Pak Harto, bertambah banyak lagi artis dan aktor, juga penyanyi, yang mencoba menikmati manisnya kue politik. Di DPR saja, ada ramai artis dan selebriti yang sudah menikmati empuknya kursi dan gurihnya duit rakyat di Senayan. Aji Masaid (model), Dede Yusuf (model iklan, aktor laga, sekarang malah sudah menjadi wakil gubernur Jawa Barat), Angelina Sondakh (Miss Indonesia) dan banyak lagi. Sayang Nurul Arifin (bintang filem tenar yang diusung Partai Golkar) gagal terpilih, tetapi selama 3 tahun belakangan ini dia sudah rajin bersama konstituennya untuk memastikan ia tidak akan gagal kedua kalinya.

Jadi tak ada yang aneh dan baru di duinia politik Indonesia dalam hal memanfaatkan populariti artis, aktor, penyanyi, model dan selebriti. Bedanya pada zaman Pak Harto, mereka lebih banyak hanya dimanfaatkan sebagai vote getters. Sejak zaman reformasi, mereka ini, para selebriti, benar-benar berpolitik hingga menduduki jabatan publik seperti wakil gubernur. Malah ada yang mengusulkan agar aktor kawakan yang juga sutradara hebat sekaligus seorang ustad, Deddy Miswar, menjadi calon presiden 2009 nanti. Mengapa tidak? Deddy Mizwar aktor hebat, sutradara hebat, seorang Muslim sejati, pemikiran dan nasionalismenya pun tidak kalah dengan politisi yang mana pun. Popularitinya? siapa yang berani meragukannya?

Para pengamat sempat melempar pernyataan yang meremehkan para pemilih Indonesia yang masih bodoh secara politis. Mereka belum dewasa secara politik sehingga sering terkena bujuk rayu yang hanya mengandalkan popularitas. tapi jangan salah, Rakyat Amerika saja pernah memilih Ronald Reagan yang aktor Hollywood sebagai presiden. Kurang cerdas apa rakyat Amerika dalam hal berdemokrasi?

Indonnsia pun punya pengalaman unik. Presiden SBY terpilih juga karena popularitinya. Ketika SBY bertanding dalam pemilihan presiden hampir 4 tahun lalu, kendaraan politiknya hanyalah partai gurem yang baru didirikan yang bernama Partai Demokrat. Di republik ini belum pernah ada calon dari partai kecil melaju hingga ke kursi RI-1. Tapi SBY mengandalkan popularitasnya terbukti mampu. Sampai-sampai saking asyiknya menjaga citra dan popularitinya ia dituduh lupa bekerja hanya rajin tebar pesona.

Populer dan populis penting kalau ingin memenangi pemilihan umum/ pemilihan presiden atau pilkada yang manapun. Jadi kalau dulu, zaman Pak Harto, rakyat bilang kalau mau menjadi pemimpin atau pejabat publik mesti menjadi tentara dulu, sekarang itu tidak perlu. Cukup jadi artis, entah menyanyi atau berlakon di layar kaca, niscaya jalan menuju kursi penuh kehormatan itu bakal mulus bin licin.

Bersiaplah menyaksikan yang cantik-cantik bergoyang ngebor dalam musim kampanye ini.

Didik Budiarto

http://didikbudiarto.wordpress.com http://malindikini.wordpress.com http://didikbudiarto.com